DIAGRAM BINER
Nama : Nuraida Ariani
NIM : F1C121035
Kelas : Kimia R-001
Mata Kuliah : Praktikum Kimia Fisik Lanjutan
Hubungan keseluruhan di antara fasa padat, cair, dan
gas disajikan paling baik dalam satu grafik yang dikenal sebagai diagram fasa.
Diagram fasa (phase diagram) meringkaskan kondisi-kondisi saat suatu zat berada
pada wajud padat, cair, atau gas (Chang, 2005).
Fasa adalah bagian sistem yang secara fisik diskrit
dan homogen secara kimiawi, dipisahkan oleh batas-batas dari bagian sistem yang
lain. Aturan fase yang diberikan oleh JW Gibbs pada tahun 1874 diterapkan untuk
mendefinisikan sistem yang terdiri dari komponen tunggal dan multi komponen.
Berbagai formulasi farmasi seperti emulsi, mikroemulsi dan gel terutama terdiri
dari komponen larut lemak, komponen larut air, surfaktan dan kosolven. Diagram
fase berfungsi sebagai alat penting untuk menyaring komponen formulasi tersebut
(Dhoot et al., 2018).
Diagram fase adalah representasi grafis yang terdiri
dari kurva area, garis dan titik, yang digunakan untuk menggambarkan sistem
tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa komponen dan menghasilkan data
sehubungan dengan konsentrasi berbagai komponen, suhu dan tekanan yang secara
termodinamika fase yang berbeda terjadi, berubah dari satu fase ke fase lain
dan hidup berdampingan pada kesetimbangan (Dhoot et al., 2018).
Menurut Fatimah ( 2017), diagram fasa memiliki
beberapa jenis, salah satunya yaitu campuran larut sebagian. Dari larutan
sebagian larut, dapat membuat suatu kurva yang menggambarkan pada komposisi
berapa terbentuk campuran larut sempurna dan larut sebagian. Diagram dibuat
dengan mengambil tekanan P tertentu (umumnya I atm), dan menggambarkan hubungan
antara temperatur 7-versus-fraksi zat terlarut (B), adapun diagramnya yaitu
sebagai berikut.
Gambar 1. Diagram fasa campuran larutan sebagian
(Fatimah, 2017).
Jika suatu campuran sebagian larut tersusun atas B dan
C kita mulai dari C awalnya dalam keadaan murni pada temperatur 71.
Perlahan-lahan ditambahkan komponen B sehingga terbentuk dua fasa sepanjang
garis G hingga E. Pada titik G campuran terdiri dari komponen B dengan fraksi
mol sebesar B.1: dan selanjutnya fasa 2 dari dua komponen sepanjang hingga E
dengan fraksi mol B sebesar xB.2. Kita ambil suatu titik pada fasa 2 misal pada
D dengan fraksi mol B sebesar B.2. Pada titik tersebut komponen tersusun atas
fraksi mol B sebesar X Jika kemudian ditambahkan lebih banyak komponen B maka
akan terjadi satu fasa kembali sehingga mencapai kondisi murni dari komponen B
pada titik H. Garis sepanjang itu berada pada temperatur TL. Pada kenaikan
temperatur batas antara dua fasa menjadi meruncing yang berarti campuran larut
sempurna memiliki wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan campuran larut
sebagian. Batas temperatur yang menjadi titik kesetimbangan dua fasa mencapai
maksimal pada temperatur kritis (TC) yakni pada puncak kurva sehingga di atas
temperatur Te kedua komponen praktis larut sempurna. Pada pembentukan dua fasa,
komposisi dari komponen mengikuti aturan Lever (Fatimah, 2017).
Adapun menurut Nasution et al (2022), Fraksi mol
terbagi menjadi dua yaitu fraksi mol zat terlarut (X) dan fraksi mol zat
pelarut (Xp). Fraksi mol zat terlarut merupakan nilai perbandingan mol zat
terlarut terhadap total jumlah mol larutan dan fraksi mol zat pelarut merupakan
nilai perbandingan mol zat perlarut terhadap total jumlah mol larutan.
Berdasarkan pengertian tersebut kita dapat menurunkannya menjadi persamaan
matematis untuk menghitung fraksi mol tersebut, yaitu sebagai berikut:
Gambar 2. Rumus Fraksi Mol (Nasution et al., 20022).
Dimana X + Xp=1
Keterangan simbol huruf pada rumus:
X = Fraksi mol zat terlarut
Xp = Fraksi mol zat perlarut
Nt = mol zat terlarut (mol)
Np = mol zat perlarut (mol)
Adapun contoh diagram biner yaitu sebagai berikut.
Gambar 3. Diagram fasa biner untuk sistem Ni-Cu menunjukkan kelarutan padat yang diperluas (Smallman dan Bishop, 2000).
Kasus pertama dijelaskan dengan diagram fasa biner
untuk sistem nikel-tembaga di mana larutan padat (a) menjangkau kedua komponen.
Berbeda dengan titik cair logam murni dengan temperatur tetap, paduan membeku
atau meleleh pada rentang temperatur terkait dengan medan dua fasa univarian
(a+cair). Setiap garis horisontal menghubungkan dua titik yang mewakili
komposisi dua fasa. Dapat dilihat bahwa daerah dua fasa pada diagram biner
terdiri dari garis horisontal sejajar (isotermal) yang tak terhingga jumlahnya.
Dengan memanfaatkan komposisi paduan rata-rata sebagai titik tumpu (x) dan
menerapkan Kaidah Pengungkit (Lever Rule), rasio massa dan fraksi dapat
ditentukan dengan cepat (Smallman dan Bishop, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi
Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Dhoot, A.S., A. Naha, J. Priya dan N. Xalxo. 2018. “Phase
Diagrams for Three Component Mixtures in Pharmaceuticals and its Applications”.
Journal of Young Pharmacists. Vol. 10(2): 132-137.
Fatimah, I. 2017. Kimia Fisika. Yogyakarta :
Deepublish.
Nasution, H.A., A. Darmana dan F.A. Syuhada. 2022.
Sifat Koligatif Larutan Bahan Ajar Higher Order Thinking Skill Berbasis Problem
Based Learning. Jakarta : NEM Publishers.
Smallman, R.E. dan R.J. Bishop. 2000. Metalurgi Fisik
Modern dan Rekayasa Material. Jakarta : Erlangga.
Komentar
Posting Komentar