KINETIKA ADSORPSI
KINETIKA ADSORPSI
Adsorpsi
adalah salah satu alternatif untuk mengatasi pencemaran udara. Langkah awal
untuk mendapatkan proses adsorpsi yang efektif adalah dengan cara memilih
adsorben yang memiliki selektivitas
dan kapasitas tinggi serta dapat digunakan berulang ulang. Salah satu adsorben
yang sering digunakan adalah karbon aktif (Holle et al., 2013).
Karbon aktif
mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon
yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih
luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar antara 300-3500 m 2 /gram, ini
berhubungan dengan struktur pori internal yang menyebabkan karbon aktif
mempunyai sifat sebagai adsorben. Daya
serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat karbon aktif (Anggraini
et al., 2021).
Karbon aktif
merupakan adsorben dengan permukaan lapisan yang luas dengan bentuk butiran
(granular) atau serbuk (powder). Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk
misalnya pelet (gravel, 0,8 - 5 mm), lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active
carbon, 0,18 mm atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular
Active carbon, 0,2 - 5 mm). Karbon
aktif merupakan bahan yang multifungsi dimana hampir sebagian besar telah
dipakai penggunaannya oleh berbagai macam jenis industri (Anggraini
et al., 2021).
Energi
adsorpsi menggambarkan kekuatan ikatan antara adsorbat dan adsorben. Energi
adsorpsi dibedakan atas dua yakni adsorpsi fisik dan adsorpsi kimia. Adsorpsi
fisik terjadi jika reaksi antara adsorben dan adsorbat melibatkan gaya-gaya lemah antar molekul
seperti ikatan hidrogen atau ikatan van der Waals. Pada proses ini molekul yang
teradsorpsi mudah di lepas kembali dengan menurunkan tekanan gas atau
konsentrasi zat terlarut.
Zat yang teradsorpsi dapat membentuk lapisan tunggal dan kondisi kesetimbangan
akan tercapai segera setelah adsorben bersentuhan dengan adsorban (Holle
et al., 2013).
Menurut (Holle et al., 2013), pada adsorpsi kimia terjadi pembentukan ikatan kimia antara molekul adsorbat dengan permukaan adsorben. Adsorpsi kimia melibatkan ikatan koordinasi sebagai hasil penggunaan bersama pasangan elektron oleh adsorbat dan adsorben. Umumnya adsorpsi fisika memiliki nilai energi lebih kecil dari 25-30 kJ mol-1. Nilai energi adsorpsi dapat dihitung dari persamaan Arrhenius
Keterangan:
k = konstanta laju orde
kedua pseudo Ho.
E = energi (J mol-1)
R = konstanta gas (
8,314 J K-1 mol-1)
T = suhu mutlak (K)
Menurut Maihendra et al. (2016), beberapa faktor yang mempengaruhi proses laju adsorpsi adalah sebagai berikut.
1. Pengadukan
Semakin besar kecepatan putaran pengadukan, maka nilai konstanta laju adsorpsi semakin besar, hal ini disebabkan pengadukan akan mempengaruhi ketebalan lapisan film yang melapisi permukaan adsorben yang apabila lapisan film semakin tipis, film diffusion akan semakin cepat terjadi.
2. Jumlah adsorben
Semakin besar jumlah adsorben akan meningkatkan luas permukaan sehingga akan meningkatkan laju adsorpsi.
3. Konsentrasi zat adsorbat
Molekul-molekul harus bertumbukan agar terjadi adsorpsi, dalam konteks ini laju adsorbsi proporsional dengan konsentrasi adsorbat.
4. Temperatur
Proses adsorpsi terjadi akan mempengaruhi kecepatan dan jumlah adsorpsi yang terjadi. Kecepatan adsorpsi meningkat dengan meningkatnya temperatur, dan menurun dengan menurunnya temperatur. Namun demikian, ketika adsorpsi merupakan proses eksoterm, penjerapan adsorpsi meningkat pada suhu rendah dan akan menurun pada suhu yang lebih tinggi.
Kesetimbangan
adsorpsi adalah suatu keadaan dinamis yang tercapai ketika laju partikel yang
teradsorpsi ke permukaan sama dengan laju desorpsinya. Model kesetimbangan yang
paling banyak
dikenal untuk memahami sistem adsorpsi adalah persamaan isoterm Langmuir dan
Freundlich (Estiaty, 2013).
Kinetika
adsorpsi merupakan salah satu aspek yang sering diteliti untuk mengevaluasi
karakteristik dari adsorben yang dipakai terutama dalam rehabilitasi
lingkungan. Ada banyak model kinetika adsorpsi yang telah dikembangkan untuk
dapat digunakan sebagai sarana memprediksi laju adsorpsi suatu adsorbat pada
adsorben tertentu. Beberapa model yang telah dikaji yaitu (1) persamaan laju
order pertama pseudo Lagergren, (2) persamaan laju order kedua pseudo Ho, (3)
persamaan Elovich, dan (4) Persamaan Ritchie (Holle
et al., 2013).
Dalam mempelajari
kinetika adsorpsi yang berlangsung dari suatu reaksi maka dapat digunakan
reaktor batch. Reaktor batch merupakan suatu reaksi, dimana reaksi akan terjadi
dengan kondisi sesuai dengan yang diinginkan untuk reaksi tersebut. Ketepatan
penggunaan reaktor batch diantaranya selama reaksi berlangsung tidak terjadi
perubahan temperatur, pengadukan dilakukan secara sempurna, dan konsentrasi
disemua titik dalam reaktor adalah sama. Untuk menentukan besaran tetapan
laju reaksi (K) dan orde reaksi (n) pada rekator ideal tipe reaktor batch,
dapat digunakan beberapa metode, seperti metode mekanisme reaksi, metode waktu
paruh, metode laju awal, metode integrasi, dan metode differensiasi (Estiaty,
2013).
Menurut Tahad dan Sanjaya (2017), penentuan kinetika adsorpsi dapat dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear terhadap persamaan orde nol, orde satu, orde dua, dan orde tiga. Adapun ketiga persamaan yaitu sebagai berikut.
1.
1. Orde Nol
Suatu
reaksi dikatakan mempunyai orde nol jika besarnya laju reaksi tidak dipengaruhi
oleh berapapun perubahan konsentrasi pereaksinya. Artinya seberapapun
peningkatan konsentrasi pereaksi tidak akan mempengaruhi besarnya laju reaksi.
Persamaan linear orde reaksi nol dinyatakan dalam rumus sebagai berikut.
Reaksi
orde satu adalah suatu reaksi yang kecepatannya bergantung hanyalah pada salah
satu zat yang bereaksi atau sebanding dengan salah satu pangkat reaktannya.
Persamaan linear orde reaksi satu dinyatakan dalam rumus sebagai berikut.
3. Orde Dua
Reaksi orde dua adalah suatu reaksi yang kelajuannya berbanding lurus dengan hasil kali konsentrasi dua reaktannya atau berbanding langsung dengan kuadrat konsentrasi salah satu reaktannya. Jika mekanisme adsorpsi yang terjadi adalah reaksi orde dua dimana kecepatan adsorpsi yang terjadi berbanding lurus dengan dua konsentrasi pengikutnya atau satu pengikut berpangkat dua. Laju kinetika adsorpsi orde dua dinyatakan dalam persamaan linear berikut.
Gambar 4. Persamaan linear Orde Reaksi 1 (Tahad dan Sanjaya, 2017)
Keterangan :
CA = Konsentrasi A pada saat t = t
CA0 = Konsentrasi A pada saat t = 0
k =
Konstanta kinetika (menit-1)
t = Waktu (menit)
Anggraini,
U.M., A. Hasan dam I. Purnamasari. 2021. “Kinetika Adsorpsi Karbon Aktif
Dalam Penurunan Konsentrasi Logam Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb)”. Jurnal Kinetika. Vol.
12 (2) : 29-37.
Estiaty, L.M.
2013. “Kesetimbangan
Dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu2+ Pada Zeolit-H”. Jurnal Riset
Geologi dan Pertambangan. Vol. 22 (2) : 127-141.
Holle, R.B.,
A.D. Wuntu dan M.S. Sangi. “Kinetika
Adsorpsi Gas Benzena Pada Karbon Aktif Tempurung Kelapa”. Jurnal MIPA
UNSRAT. Vol. 2 (2) : 100-104.
Maihendra., A.
Fadli dan Zultiniar. 2016. “Kinetika
Adsorpsi pada Penjerapan Ion Timbal Pb2+ Terlarut dalam Air
Menggunakan Partikel Tricalcium Phosphate”. Jurnal FTEKNIK. Vol. 3
(2) : 1-5.
Tahad, A. Dan A.S.
Sanjaya. 2017. “Isoterm
Freundlich, Model Kinetika Dan Penentuan Laju Reaksi Adsorpsi Besi Dengan Arang
Aktif Dari Ampas Kopi”. Jurnal Chemurgy. Vol. 1 (2) : 13-21.
Komentar
Posting Komentar